Sanksi FIFA: Masa depan timnas Indonesia 'makin
suram'
Masa depan tim nasional sepak bola Indonesia
dikhawatirkan makin terpuruk setelah FIFA memberikan sanksi berupa larangan
berlaga di ajang internasional, kata seorang pengamat. "Peringkat sepak
bola Indonesia bakal turun terus, karena kita tidak bisa mengikuti turnamen
dunia yang masuk agenda FIFA dan lainnya," kata pengamat sepak bola Andi
Bachtiar Yusuf kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Minggu (31/05).
Menurutnya, sangat mungkin timnas Indonesia bisa berada di urutan paling bawah
setelah sanksi FIFA itu turun. "Karena untuk menggelar uji coba (dengan
negara lain) saja bakal susah."
Kementerian Pemuda dan olah raga meminta masyarakat
tidak perlu meratapi secara berlebihan sanksi FIFA tersebut. "Sanksi FIFA
ini tak perlu diratapi secara berlebihan. Memang kita dihadapkan pada pilihan
sulit, karena sementara waktu kita harus prihatin tidak bisa menyaksikan timnas
dan klub yang tak bisa berlaga di ajang internasional," demikian rilis
resmi Kementerian Pemuda dan olah raga, Minggu (31/05). Indonesia dijatuhi
sanksi larangan berkiprah di laga internasional, karena pemerintah Indonesia
-melalui Kemenpora- dianggap telah mencampuri urusan internal PSSI. Pertengahan
April lalu, Kemenpora memberikan sanksi pembekuan kepengurusan PSSI karena
dianggap tidak mentaati hasil rekomendasi Badan Olahraga profesional Indonesia
(BOPI).
Rekomendasi itu menyatakan, PSSI dilarang
menyertakan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dalam liga sepak bola karena
adanya dualisme kepemimpinan. Dalam perjalanannya, PSSI tetap mengizinkan Arema
dan Persebaya bertanding, awal Maret 2015 lalu. Di sinilah, Kemenpora kemudian
menulis surat peringatan pertama dan kedua kepada PSSI, tetapi tidak
ditanggapi. Sanksi administrasi pun dikeluarkan berupa pembekuan PSSI.
Upayakan dialog dengan PSSI
FIFA menyatakan, mereka akan mencabut sanksi dan
memulihkan keanggotaan PSSI apabila Indonesia memenuhi sejumlah syarat,
diantaranya PSSI kembali diberi wewenang untuk mengelola urusannya secara
independen. Menurut pengamat sepak bola Andi Bachtiar Yusuf, pernyataan FIFA
itu berarti Kemenpora harus mengoreksi surat keputusan pembekuan PSSI pimpinan
La Nyalla.
"Itu 'kan berarti kepengurusan terakhir PSSI
(yang dibekukan Kemenpora) yang tidak diakui itu. Pada akhirnya memang harus
kembali ke PSSI," kata Andi Bachtiar. Di sinilah, menurutnya, Kemenpora
tetap perlu melakukan dialog dengan PSSI yang lama. "Kemenpora bisa apa,
kalau tanpa PSSI. Mereka mau pakai wasit asing, tetap saja haeus melalui
PSSI." Tetapi usulan Andi Bachtiar ini sepertinya tidak ditanggapi positif
oleh Kemenpora. .Kementerian Pemuda dan olah raga, menurut staf khusus Menpora,
Zainul Munasichin, justru akanmembekukan kepengurusan PSSI yang lamapimpinan La
Nyalla.
Kemenpora juga akan membentuk pengurus sementara
PSSI yang nantinya berperan menggelar kongres untuk memilih pengurus PSSI yang
baru. "Pengurus sementara PSSI ini nanti bertugas menyelenggarakan Kongres
PSSI dan sekaligus menyiapkan turnamen dan kompetisi di Indonesia dengan sistem
yang transaparan dan bersih," kata Zainul Munasichin kepada wartawan BBC
Indonesia, Heyder Affan, Minggu (31/05). BBC Indonesia telah mencoba
menghubungi sejumlah pimpinan PSSI pimpinan La Nyalla melalui telepon
genggamnya, tetapi belum mendapatkan tanggapan balik
Staf Khusus Menpora mengatakan, “Zainul Munasichin
Pengurus sementara PSSI ini nanti bertugas menyelenggarakan Kongres PSSI dan
sekaligus menyiapkan turnamen dan kompetisi di Indonesia dengan sistem yang
transaparan dan bersih”.
FIFA Bergeming, Masa Depan Sepak Bola Indonesia di
Ujung Tanduk
Indonesia diambang sanksi FIFA. Ketua Umum PSSI La
Nyalla Mattalitti memastikan posisi otoritas sepak bola dunia itu tetap pada
keputusan mereka yang telah disampaikan melalui suratnya kepada PSSI, bahwa
FIFA akan menjatuhkan sanksi suspensi terhadap sepakbola Indonesia. Dari arena
Kongres FIFA di Zurich, Swiss, La Nyalla menyampaikan situasi terkini soal
sikap FIFA terhadap kekisruhan yang terjadi di sepak bola Indonesia, Kamis
(28/5/2015). Lewat surat terbuka yang dirilis laman resmi PSSI, La Nyalla
mengungkapkan kegelisahannya jelang penjatuhan sanksi oleh FIFA jika Menpora
tidak mencabut SK nomor 01307 tahun 2015 tentang Sanksi Administratif terhadap
PSSI. "Saya mohon maaf kepada seluruh pecinta dan keluarga besar sepak
bola Indonesia bahwa upaya dan usaha PSSI agar Menpora mencabut SK tersebut
belum berhasil sampai hari ini," tulis La Nyalla.
Menurut La Nyalla, masa depan sepak bola Indonesia
kini di ujung tanduk karena Menpora masih bersikukuh dengan sikapnya. Sehingga
penjatuhan sanksi FIFA semakin menjadi keniscayaan seiring batas waktu yang
diberikan FIFA hingga tanggal 29 Mei 2015. "Meskipun semua mengetahui
bahwa telah banyak pihak, mulai dari Wakil Presiden, DPR dan DPD RI, Ketua Umum
KONI dan KOI, juga Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), tokoh masyarakat hingga
istri para pemain sepak bola dan masyarakat luas, menyuarakan hal yang sama,
yakni meminta Menpora mencabut SK pembekuan PSSI demi menghindarkan Indonesia
dari sanksi FIFA, namun Menpora masih bersikukuh dengan sikapnya."La
Nyalla juga membeberkan kerugian jika FIFA sampai menjatuhkan sanksi. Selain
kegiatan timnas berhenti, denyut nadi sepak bola yang memompa dinamika sosial
dan ekonomi akan berhenti. Dan, yang tak kalah penting, olah raga pemersatu dan
perekat bangsa ini akan mati suri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar