SBY: Tak Ada Satupun Kata Setuju Fraksi Demokrat
Soal Dana Aspirasi DPR
Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono menegaskan partainya tidak setuju dengan dana aspirasi DPR senilai Rp
11,2 T. SBY menilai setidaknya ada lima hal yang dianggap tidak tepat dan rawan
terkait dana tersebut.
"Hari ini pemberitaan pers diwarnai isu 'dana
aspirasi' yang dibahas DPR RI. Sikap Fraksi PD dinilai tidak sesuai dengan
sikap saya sebagai Ketum. Perlu saya tegaskan, sikap Partai Demokrat tetap
tidak setuju jika dana aspirasi tersebut diartikan sebagai 'jatah anggaran'
anggota DPR untuk dapilnya," cuit SBY seperti dikutip dalam akun
@SBYudhoyono, Selasa (23/6/2015).
SBY mengatakan saat dirinya masih menjabat sebagai
Presiden, dirinya juga menolak 'jatah anggaran' itu. Sebab terkait dengan
sistem APBN dan APBD.
"Artinya, kalau 5 hal yang saya kritisi dulu
juga tidak bisa dijawab oleh DPR dan Pemerintah sekarang, dana aspirasi itu
tetap tidak tepat," imbuhnya.
SBY menjelaskan 5 hal itu berkaitan dengan sistem,
aturan main dan governance. SBY juga menjelaskan soal pernyataan ketua Fraksi
PD Edhie Baskoro yang menyatakan setuju dengan dana aspirasi tersebut.
"Saya dilapori, posisi fraksi PD hari ini baru
sebatas setuju untuk membahas seperti apa arah UU No 17/2014 tentang
pembangunan di dapil. Fraksi PD ingin menguji apakah implementasi UU 17/2014
tersebut tetap seperti dulu atau berbeda dan bukan jatah anggaran anggota
DPR," jelasnya.
"Tidak ada satu katapun pernyataan Fraksi
Partai Demokrat yang setuju dengan dana aspirasi. Sikap FPD tetap segaris
dengan sikap saya," imbuhnya.
Sebaliknya, lanjut SBY, FPD menekankan dan
mengingatkan jika ada usulan pembangunan di dapil mesti diarahkan untuk
mengurangi kemiskinan dan pengangguran. SBY kembali menegaskan bahwa PD akan
tetap menolak dana aspirasi tersebut jika tak penuhi 5 faktor kritis yang akan
disampaikan FPD.
"Sikap saya sebagai pimpinan Partai Demokrat
terhadap dana aspirasi ini sama dengan ketegasan saya dulu untuk pertahankan
sistem Pilkada Langsung. Itulah dulu dengan segala risiko politik yang saya
hadapi, saya keluarkan Perppu Pilkada Langsung, yang menurut saya adalah
"harga mati'," ungkap SBY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar